ANJURAN MENINGKATKAN IBADAH PADA SEPULUH HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH
BAYAN
DEWAN SYARIAH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
NOMOR : 10/B/K/DSP-PKS/ 1427
TENTANG
ANJURAN MENINGKATKAN IBADAH
PADA SEPULUH HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH
Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang mulia, salah satu dari bulan haram (suci) dimana
amal ibadah di bulan ini pahalanya dilipatgandakan. Dan bulan ini juga merupakan
bulan pelaksanaan ibadah haji. Jutaan umat Islam berkumpul di tanah suci untuk
menunaikan panggilan Allah melaksanakan rukun Islam yang kelima. Kemuliaan bulan
Dzulhijjah, khususnya pada sepuluh hari pertama telah diabadikan dalam Al-Qur’an,
Allah SWT berfirman:
“Demi fajar, Dan malam yang sepuluh, Dan yang genap dan yang ganjil, Dan malam
bila berlalu” (QS Al-Fajr 1-4)
Allah SWT. Bersumpah dengan 5 makhluk-Nya, bersumpah dengan waktu fajar,
malam yang sepuluh, yang genap, yang ganjil dan malam ketika berlalu. Dan para
ulama tafsir seperti, Ibnu Abbas ra, Ibnu Zubair ra, Mujahid ra, As-Sudy ra, Al-Kalby
ra menafsirkan maksud malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah. Allah bersumpah dengan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah karena
keutamaan beribadah pada hari tersebut, sebagaimana hadits Rasul saw, :
Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari dimana amal
shalih lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini –yaitu sepuluh hari pertama
Zhulhijjjah.“ Sahabat bertanya, ”Ya Rasulallah saw, tidak juga jika dibandingkan
dengan jihad di jalan Allah?“ Rasul saw. menjawab, ”Tidak juga dengan jihad,
kecuali seorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya serta tidak kembali (gugur
sebagai syahid).” (HR Bukhari)
AMAL SHALIH DI SEPULUH HARI PERTAMA DZULHIJJAH
1. Takbir, Tahlil dan Tahmid
Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari-hari dimana amal
shalih paling utama disisi Allah dan paling dicintai-Nya melebihi sepuluh hari pertama
Dzulhijjah. Perbanyaklah pada hari itu dengan Tahlil, Takbir dan Tahmid.” (HR
Ahmad dan Al-Baihaqi)
Berkata imam al-Bukhari, ”Ibnu Umar ra. dan Abu Hurairah ra pada hari sepuluh
pertama Dzulhijjah pergi kepasar bertakbir dan manusia mengikuti takbir keduanya.”
2. Puasa sunnah, khususnya puasa sunnah ‘Arafah
Dari Abu Qatadah ra berkata, Rasulullah saw. ditanya tentang puasa hari ‘Arafah?
Rasul saw menjawab, ”Menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan
datang.” (HR Muslim)
3. Memperbanyak amal ibadah, karena pahalanya dilipatgandakan, seperti shalat,
dzikir, takbir, tahlil, tahmid, shalawat, puasa infak dll.
Dari Jabir ra bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Sebaik-baiknya hari dunia adalah
sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” Ditanya, “Apakah jihad di jalan Allah tidak
sebaik itu?” Rasul saw. menjawab, ”Tidak akan sama jika dibandingkan dengan
jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang menaburkan wajahnya dengan debu
(gugur sebagai syahid).” (HR Al-Bazzar dengan sanad yang hasan dan Abu Ya’la
dengan sanad yang shahih)
4. Shalat ‘Idul Adha, mendengarkan khutbah dan berqurban pada Hari Nahr (10
Dzulhijjah).
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS al-Kautsr 2)
Di antara makna perintah shalat disini adalah shalat Idul Adha. Berkata Ar-Rabi’,
“Jika engkau selesai shalat di hari Idul Adha, maka berkurbanlah.” Rasulullah
bersabda:
Dari Abu Said berkata, “Rasulullah saw. keluar di hari Idul Fitri dan Idul Adha ke
musholla. Yang pertama dilakukan adalah shalat, kemudian menghadap manusia –
sedang mereka tetap pada shafnya- Rasul saw berkhutbah memberi nasehat dan
menyuruh mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi.
Dari Ummi ‘Athiyah berkata, ”Kami diperintahkan agar wanita yang bersih dan yang
sedang haidh keluar pada Dua Hari Raya, hadir menyaksikan kebaikan dan khutbah
umat Islam dan orang yang berhaidh harus menjauhi musholla.” (Muttafaqun ‘alaihi)
5. Takbir dan berkurban di Hari Tasyriq
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS
Al-Baqarah)
Para ulama sepakat bahwa beberapa hari berbilang adalah hari Tasyriq, yaitu tanggal 11,
12 dan 13 Dzulhijjah.
Imam Al-Bukhari memasukan hari Tasyriq pada hari sepuluh pertama Dzulhijjah, dan
memiliki keutamaan yang sama sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Imam
Ibnu Hajar Al-‘Asqalani memberikan komentar dalam kitabnya Fathul Bari: pertama,
bahwa kemuliaan hari Tasyriq mengiringi kemuliaan Ayyamul ‘Asyr; kedua, keduanya
terkait dengan amal ibadah haji; ketiga, bahwa sebagian hari Tasyriq adalah sebagian
hari ‘Ayyamul ‘Asyr yaitu hari raya Idul Adha.
Pada hari Tasyriq juga masih disunnahkan untuk berkurban. Rasulullah saw. bersabda,
“Seluruh hari Tasyriq adalah hari penyembelihan (kurban).” (HR Ahmad)
Demikian Bayan Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera sebagai panduan di sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah, semoga Allah memberikan keberkahan kepada kita
semua.
Jakarta, 22 Zulqaidah 1426 H
13 Desember 2006 M
DEWAN SYARIAH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
KH. DR. SURAHMAN HIDAYAT, MA
KETUA
DEWAN SYARIAH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
NOMOR : 10/B/K/DSP-PKS/ 1427
TENTANG
ANJURAN MENINGKATKAN IBADAH
PADA SEPULUH HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH
Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang mulia, salah satu dari bulan haram (suci) dimana
amal ibadah di bulan ini pahalanya dilipatgandakan. Dan bulan ini juga merupakan
bulan pelaksanaan ibadah haji. Jutaan umat Islam berkumpul di tanah suci untuk
menunaikan panggilan Allah melaksanakan rukun Islam yang kelima. Kemuliaan bulan
Dzulhijjah, khususnya pada sepuluh hari pertama telah diabadikan dalam Al-Qur’an,
Allah SWT berfirman:
“Demi fajar, Dan malam yang sepuluh, Dan yang genap dan yang ganjil, Dan malam
bila berlalu” (QS Al-Fajr 1-4)
Allah SWT. Bersumpah dengan 5 makhluk-Nya, bersumpah dengan waktu fajar,
malam yang sepuluh, yang genap, yang ganjil dan malam ketika berlalu. Dan para
ulama tafsir seperti, Ibnu Abbas ra, Ibnu Zubair ra, Mujahid ra, As-Sudy ra, Al-Kalby
ra menafsirkan maksud malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah. Allah bersumpah dengan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah karena
keutamaan beribadah pada hari tersebut, sebagaimana hadits Rasul saw, :
Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari dimana amal
shalih lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini –yaitu sepuluh hari pertama
Zhulhijjjah.“ Sahabat bertanya, ”Ya Rasulallah saw, tidak juga jika dibandingkan
dengan jihad di jalan Allah?“ Rasul saw. menjawab, ”Tidak juga dengan jihad,
kecuali seorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya serta tidak kembali (gugur
sebagai syahid).” (HR Bukhari)
AMAL SHALIH DI SEPULUH HARI PERTAMA DZULHIJJAH
1. Takbir, Tahlil dan Tahmid
Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari-hari dimana amal
shalih paling utama disisi Allah dan paling dicintai-Nya melebihi sepuluh hari pertama
Dzulhijjah. Perbanyaklah pada hari itu dengan Tahlil, Takbir dan Tahmid.” (HR
Ahmad dan Al-Baihaqi)
Berkata imam al-Bukhari, ”Ibnu Umar ra. dan Abu Hurairah ra pada hari sepuluh
pertama Dzulhijjah pergi kepasar bertakbir dan manusia mengikuti takbir keduanya.”
2. Puasa sunnah, khususnya puasa sunnah ‘Arafah
Dari Abu Qatadah ra berkata, Rasulullah saw. ditanya tentang puasa hari ‘Arafah?
Rasul saw menjawab, ”Menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan
datang.” (HR Muslim)
3. Memperbanyak amal ibadah, karena pahalanya dilipatgandakan, seperti shalat,
dzikir, takbir, tahlil, tahmid, shalawat, puasa infak dll.
Dari Jabir ra bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Sebaik-baiknya hari dunia adalah
sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” Ditanya, “Apakah jihad di jalan Allah tidak
sebaik itu?” Rasul saw. menjawab, ”Tidak akan sama jika dibandingkan dengan
jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang menaburkan wajahnya dengan debu
(gugur sebagai syahid).” (HR Al-Bazzar dengan sanad yang hasan dan Abu Ya’la
dengan sanad yang shahih)
4. Shalat ‘Idul Adha, mendengarkan khutbah dan berqurban pada Hari Nahr (10
Dzulhijjah).
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS al-Kautsr 2)
Di antara makna perintah shalat disini adalah shalat Idul Adha. Berkata Ar-Rabi’,
“Jika engkau selesai shalat di hari Idul Adha, maka berkurbanlah.” Rasulullah
bersabda:
Dari Abu Said berkata, “Rasulullah saw. keluar di hari Idul Fitri dan Idul Adha ke
musholla. Yang pertama dilakukan adalah shalat, kemudian menghadap manusia –
sedang mereka tetap pada shafnya- Rasul saw berkhutbah memberi nasehat dan
menyuruh mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi.
Dari Ummi ‘Athiyah berkata, ”Kami diperintahkan agar wanita yang bersih dan yang
sedang haidh keluar pada Dua Hari Raya, hadir menyaksikan kebaikan dan khutbah
umat Islam dan orang yang berhaidh harus menjauhi musholla.” (Muttafaqun ‘alaihi)
5. Takbir dan berkurban di Hari Tasyriq
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS
Al-Baqarah)
Para ulama sepakat bahwa beberapa hari berbilang adalah hari Tasyriq, yaitu tanggal 11,
12 dan 13 Dzulhijjah.
Imam Al-Bukhari memasukan hari Tasyriq pada hari sepuluh pertama Dzulhijjah, dan
memiliki keutamaan yang sama sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Imam
Ibnu Hajar Al-‘Asqalani memberikan komentar dalam kitabnya Fathul Bari: pertama,
bahwa kemuliaan hari Tasyriq mengiringi kemuliaan Ayyamul ‘Asyr; kedua, keduanya
terkait dengan amal ibadah haji; ketiga, bahwa sebagian hari Tasyriq adalah sebagian
hari ‘Ayyamul ‘Asyr yaitu hari raya Idul Adha.
Pada hari Tasyriq juga masih disunnahkan untuk berkurban. Rasulullah saw. bersabda,
“Seluruh hari Tasyriq adalah hari penyembelihan (kurban).” (HR Ahmad)
Demikian Bayan Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera sebagai panduan di sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah, semoga Allah memberikan keberkahan kepada kita
semua.
Jakarta, 22 Zulqaidah 1426 H
13 Desember 2006 M
DEWAN SYARIAH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
KH. DR. SURAHMAN HIDAYAT, MA
KETUA
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home