Racism gaya baru
Tadi malam habis acara memperingati maulid Nabi Muhammad SAW pulang agak larut, karena acaranya padat dimulai dari ba’da ashar cerdas cermat TPA tiap region di Kuwait, yang dimenangkan oleh TPA region Jahra, kemudian ba’da maghrib dilanjutkan dengan ceramah dari Pelajar dan pentas nashid Islami oleh anak-anak TPA, ditutup dengan kultum perginya sang kekasih oleh Bapak Deni Lesmana, seperti biasa acara dilaksanakan di KBRI, yang hadir cukup banyak dari berbagai tempat, kalangan masyarakat dan kelompok profesi. Pulang ke rumah sudah cukup lelah dengan mata yang terkantuk-kantuk, hanya Hukma yang kelihatan masih segar, mungkin karena masih senang dengan acara tadi, begitu antusias duduk di urutan depan. Lewat tengah malam saya dan istri masih belum tertidur walaupun sudah lelah dan ngantuk, sambil ngobrol-ngobrol ringan akhirnya entah kapan saya tertidur pulas. Tiba-tiba saya di bangunkan oleh suara gaduh di luar apartement, saya terbangun dengan penasaran membuka gorden sambil melihat keluar jendela, dengan cahaya lampu kelihatan dilapangan parkir depan rumah sekelompok anak muda arab berjumlah 4 orang sedang berkelahi saling pukul memukul, mereka kelihatan sedang mabuk karena berjalan sempoyongan, istri sempat saya bangunkan dan sambil melihat perkelahian istri merekamnya di handycam, dan siap-siap mau telepon polisi kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan berlanjut. Pemandangan ini bukan hal yang aneh belakangan ini, sering kami melihat dengan mata kepala sendiri orang yang berkelahi dimalam hari, pencurian, dan kekerasan. Belum lagi deretan kriminalitas mengisi media masa local. Waktu menunjukan pukul 2.15 dini hari, kurang lebih setengah jam kami menyaksikan peristiwa tersebut, setelah kejadian selesai dan mereka pada pergi, istri saya berbenah diri untuk melanjutkan tidurnya, masih ngantuk berat jawabnya. Saya berusaha untuk tidur lagi tapi kantuk saya sudah hilang, memikirkan kejadian tadi, tinggal di negeri orang yang tidak bersahabat, bagaimana masa depan kami, anak-anak kami, seandainya bukan di negeri arab karena kesempatan belajar agama dan lebih nikmat beribadah mungkin sejak dini kami sudah pergi dari sini. Sisa akhir malam tadi aku gunakan untuk qiyamullail mendekatkan diri pada yang maha kuasa, minta, mudah-mudahan kami semua dilindungi dari kejahatan dan diberikan keturunan yang sholeh sholelah.
Hidup dan tinggal di Negara Arab Kuwait boleh dibilang keras dan berat, tidak bersahabat terhadap expatriate dan diskriminasi sudah menjadi rahasia umum. Orang-orang Asia berani memperjuangkan hidupnya, tega meninggalkan anak istri di Negara dan kampong halamannya demi sesuap nasi dan kehidupan yang lebih baik buat masa depan keluarga, tapi impian banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan, kedatangan mereka, tenaga dan profesi mereka dimanfaatkan oleh orang pribumi untuk di peras tenaganya semaksimal mungkin dengan wage yang serendah-rendahnya, banyak hak mereka yang tidak terpenuhi, mengadu kepada siapa, selain awam tentang jalur hukum dan penuntutan hak asasi, juga hukum yang hanya berpihak kepada pribumi. Saya pernah baca dikoran Kuwait Times, Kamis pagi seorang perempuan Philipina pergi dari rumahnya untuk bekerja di saloon kecantikan ditengah jalan ada mobil polisi patroli menghampirinya menanyakan kartu identitas, siperempuan bilang bahwa KTP-nya dipegang sama majikannya, kalau mau saya telepon dia, si polisi tidak menerima dan langsung memukul muka si perempuan, kemudian dimasukan ke dalam mobil dan di tahan dikantor polisi. Ketika ada seorang Kuwaiti yang masuk ke kantor polisi melihat muka perempuan tadi sudah babak belur timbul rasa iba, dan dia membebaskannya dari kantor polisi, kemudian beritanya menjadi heboh di Koran, polisi tanpa sebab yang jelas dan dengan seenaknya menganiaya orang. Itu salah satu contoh bentuk penganiayaan terhadap expat, belum halnya pembantu rumah tangga yang beragam masalahnya tidak digaji dianiaya dengan sadis, diperkosa dan dibunuh,banyak kejadian lain yang memenuhi benak saya dan tidak bisa saya ceritakan semua. Memang proses demokrasi dan demokratisasi masih perlu proses yang panjang diterapkan di negeri Arab pada umumnya dan Kuwait pada khususnya walaupun kemajuan teknologi dan ekonomi cukup pesat dari hari ke hari, pelanggaran hak asasi manusia juga terbilang paling banyak jumlahnya dibanding di Negara-negara lain selain Timur Tengah dan susah ditembus serta tidak bisa diintervensi oleh pihak luar.
Beda halnya dengan kaum pribumi dengan berbagai macam privilege, fasilitas serta kemudahan, laksana hidup mereka di istana padang pasir yang megah nan indah.Gaji karyawan Pribumi relative paling besar bila dibanding dengan pribumi Negara-negara Gulf lainnya, posisi-posisi tertentu dengan mudah mereka raih asal punya kenalan dan “Wasta”, semi educated yang tidak memiliki capabilitas yang mumpuni bisa menjabat di posisi penting dan strategis, kasus korupsi semakin banyak jumlahnya setelah perang teluk, bagi mahasiswa pribumi bisa dengan mudah masuk ke fakultas-fakultas yang favorite dan bonafides, walaupun mereka malas-malas dengan otak yang pas-pasan asal ada wasta dan beking yang kuat. Banyak anak-anak pribumi usia sekolah yang tidak mau sekolah padahal pemerintah telah menyediakan secara free ditambah uang saku bagi warganya yang mau sekolah, beda halnya dengan ekspatriate yang mau menyekolahkan anak-anaknya mereka harus menyisihkan uang belanjanya untuk ditabung buat membayar SPP yang tidak murah. Belum fasilitas perumahan bagi orang pribumi bisa mendapatkannya, pemerintah membangun perumahan di jual hanya kepada pribumi dengan biaya yang sangat murah, dibantu dengan subsidi dari pemerintah.
Dengan segala macam kemudahan hidup menjadikan mereka lalai, secara tidak sadar mereka telah menginjak-injak hak asasi sekelompok manusia lemah dan bangsa lain dari dunia ketiga,seolah olah ada Racism dan perbudakan modern, yang dilindungi oleh pemerintah dan dipraktikan oleh masyarakat. Padahal mereka tidak sadar, hidup tidak selamanya di atas, roda kehidupan berputar, ketika kita sedang jaya adalah saatnya menunggu kehancuran, berbagai kemungkinan bisa terjadi, disamping situasi politik yang tidak stabil di timur tengah ini, konflik Israel Palestina, Perang sipil di Iraq, dan issue Nuclear Iran, akan berakibat dan berefek ke Negara tetangga termasuk Kuwait, yang asalnya masalah local menjadi konflik Regional, paling tidak yang sudah pasti mereka tidak akan selamanya sehat, kuat, dan muda, suatu saat akan lemah, sakit, tua dan meninggal dunia. Inilah salah satu contoh kasus tatkala kita meninggalkan Amar ma’ruf nahi munkar, orang sudah tidak peduli, dan cenderung selfish, yang penting bukan gue yang kena. Padahal kita sebagai makhluk social tidak lepas dari saring tarik menarik kepentingan dalam hidup bermasyarakat yang berefek kepada individu kita sendiri.
Hidup dan tinggal di Negara Arab Kuwait boleh dibilang keras dan berat, tidak bersahabat terhadap expatriate dan diskriminasi sudah menjadi rahasia umum. Orang-orang Asia berani memperjuangkan hidupnya, tega meninggalkan anak istri di Negara dan kampong halamannya demi sesuap nasi dan kehidupan yang lebih baik buat masa depan keluarga, tapi impian banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan, kedatangan mereka, tenaga dan profesi mereka dimanfaatkan oleh orang pribumi untuk di peras tenaganya semaksimal mungkin dengan wage yang serendah-rendahnya, banyak hak mereka yang tidak terpenuhi, mengadu kepada siapa, selain awam tentang jalur hukum dan penuntutan hak asasi, juga hukum yang hanya berpihak kepada pribumi. Saya pernah baca dikoran Kuwait Times, Kamis pagi seorang perempuan Philipina pergi dari rumahnya untuk bekerja di saloon kecantikan ditengah jalan ada mobil polisi patroli menghampirinya menanyakan kartu identitas, siperempuan bilang bahwa KTP-nya dipegang sama majikannya, kalau mau saya telepon dia, si polisi tidak menerima dan langsung memukul muka si perempuan, kemudian dimasukan ke dalam mobil dan di tahan dikantor polisi. Ketika ada seorang Kuwaiti yang masuk ke kantor polisi melihat muka perempuan tadi sudah babak belur timbul rasa iba, dan dia membebaskannya dari kantor polisi, kemudian beritanya menjadi heboh di Koran, polisi tanpa sebab yang jelas dan dengan seenaknya menganiaya orang. Itu salah satu contoh bentuk penganiayaan terhadap expat, belum halnya pembantu rumah tangga yang beragam masalahnya tidak digaji dianiaya dengan sadis, diperkosa dan dibunuh,banyak kejadian lain yang memenuhi benak saya dan tidak bisa saya ceritakan semua. Memang proses demokrasi dan demokratisasi masih perlu proses yang panjang diterapkan di negeri Arab pada umumnya dan Kuwait pada khususnya walaupun kemajuan teknologi dan ekonomi cukup pesat dari hari ke hari, pelanggaran hak asasi manusia juga terbilang paling banyak jumlahnya dibanding di Negara-negara lain selain Timur Tengah dan susah ditembus serta tidak bisa diintervensi oleh pihak luar.
Beda halnya dengan kaum pribumi dengan berbagai macam privilege, fasilitas serta kemudahan, laksana hidup mereka di istana padang pasir yang megah nan indah.Gaji karyawan Pribumi relative paling besar bila dibanding dengan pribumi Negara-negara Gulf lainnya, posisi-posisi tertentu dengan mudah mereka raih asal punya kenalan dan “Wasta”, semi educated yang tidak memiliki capabilitas yang mumpuni bisa menjabat di posisi penting dan strategis, kasus korupsi semakin banyak jumlahnya setelah perang teluk, bagi mahasiswa pribumi bisa dengan mudah masuk ke fakultas-fakultas yang favorite dan bonafides, walaupun mereka malas-malas dengan otak yang pas-pasan asal ada wasta dan beking yang kuat. Banyak anak-anak pribumi usia sekolah yang tidak mau sekolah padahal pemerintah telah menyediakan secara free ditambah uang saku bagi warganya yang mau sekolah, beda halnya dengan ekspatriate yang mau menyekolahkan anak-anaknya mereka harus menyisihkan uang belanjanya untuk ditabung buat membayar SPP yang tidak murah. Belum fasilitas perumahan bagi orang pribumi bisa mendapatkannya, pemerintah membangun perumahan di jual hanya kepada pribumi dengan biaya yang sangat murah, dibantu dengan subsidi dari pemerintah.
Dengan segala macam kemudahan hidup menjadikan mereka lalai, secara tidak sadar mereka telah menginjak-injak hak asasi sekelompok manusia lemah dan bangsa lain dari dunia ketiga,seolah olah ada Racism dan perbudakan modern, yang dilindungi oleh pemerintah dan dipraktikan oleh masyarakat. Padahal mereka tidak sadar, hidup tidak selamanya di atas, roda kehidupan berputar, ketika kita sedang jaya adalah saatnya menunggu kehancuran, berbagai kemungkinan bisa terjadi, disamping situasi politik yang tidak stabil di timur tengah ini, konflik Israel Palestina, Perang sipil di Iraq, dan issue Nuclear Iran, akan berakibat dan berefek ke Negara tetangga termasuk Kuwait, yang asalnya masalah local menjadi konflik Regional, paling tidak yang sudah pasti mereka tidak akan selamanya sehat, kuat, dan muda, suatu saat akan lemah, sakit, tua dan meninggal dunia. Inilah salah satu contoh kasus tatkala kita meninggalkan Amar ma’ruf nahi munkar, orang sudah tidak peduli, dan cenderung selfish, yang penting bukan gue yang kena. Padahal kita sebagai makhluk social tidak lepas dari saring tarik menarik kepentingan dalam hidup bermasyarakat yang berefek kepada individu kita sendiri.
3 Comments:
Begitu beratkah hidup dinegara2 Arab ? Masih banyak kekerasan dan kriminal terjadi didepan umum ? Mana ISLAM yang katanya sudah mendarah daging pada penduduknya ? Mana ada rasa ketentraman di hati setiap penghuninya ? Membaca saja saya sempat ngeri dan menjadi ragu/was2, apalagi membayangkan. Sungguh ironis, negara beragama namun perilaku masyarakatnya begitu. Bukannya saya membela/mengagungkan Jepang (kebetulan saya bermukim disini dah hampir 2 tahun) disini masyarakat yang notabene tidak beragama saja begitu santun dan sampai saat ini saya/teman dr Indonesia disini belum pernah melihat/mendengar cerita pertengkaran di jalan/dimanapun. Dompet jatuh saja kembali ke tangan, dgn uang yang utuh, mereka tidak mau mengambil yang bukan miliknya (keculai mereka yg mempunyai kelainan suka mencuri (maaf) pakaian dalam).Rasa aman dan nyaman yang bikin betah. Dan negara sayapun belum tentu rasa seperti ini saya dapat.
Mengapa kita tidak mau belajar pada mereka yang tidak beragama juga ?ya paling tidak mencontoh dari yyg baik2 saja lah.
Itu PR bagi kita buat anak2 dan cucu kita.
Maaf nih kalo kepanjangan dan tidak berkenan, hanya sepenggal pengalaman saja.
By Anisa, At 4:50 AM
betul mba Anisa, itulah potret masy Arab sya tidak bermaksud menjelek2 islam apa adanya tidak ditambah atau dikurangi.Terima kasih atas sharing pengalamannya. Alhamdulillah, mudah-mudahan selamanya kerasan di sana, saya ikut senang
By Sandi, At 11:16 AM
Sama, saya juga tidak menjelekkan ISLAM kok, ISLAM adalah agama yang paling sempurna, hanya penganutnya yang kadang2 sok bener, dan banyak menyalahartikan "ISLAM" itu sendiri.Mudah2an keluarga saya dan keluarga p Sandi tidak.
Berarti betul apa kata sejarah ya pak Sandi, kalau ALLAH sengaja menurunkan Rasulnya di negara yang notabene masyarakatnya bertemperamen keras.
Wah..jangan bilang kerasan donk...ini saja saya dah kebelet mau pulang, kangen sama ibu bapakku... Tapi berhubung disini ada suami, saya harus dengan rela mengikuti suami tentunya dengan ridho dari ALLAH dan juga orangtua.
By Anisa, At 10:26 AM
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home